SUMUT - Memenuhi undangan pertemuan dengan Wakil Gubernur (Wagub) Sumatera Utara (Sumut) Musa Rajekshah, Laura Tias Avionita Sinaga tak bisa menahan air mata. Ia mengaku kaget, pesan-pesan yang ditinggalkan di kolom komentar Instagram Wagub direspons.
"Ada sekitar 50 komentar kami tinggalkan di instagram bapak, kemudian kami dihubungi untuk bertemu dengan bapak, mereka semua anak-anak di Sanggar Sihoda teriak kesenangan Pak. Satu kebanggaan bisa bertemu dengan Bapak Wagub, "ujar Laura kepada Wakil Gubernur Sumatera Utara di Rumah Dinas Wagub, Jalan Teuku Daud, Medan, Senin (17/4/2023).
Laura kemudian mengisahkan perjalanan sanggar yang ia dirikan, Sanggar Tari Simalungun Home Dancer (Sihoda) yang telah tampil di Festival Folk Dance 2021 di Yalova, Turki dan 8th Golden Furniture Folk Dance Competition pada Juli 2022 di Inagol, Turki.
Bahkan tahun ini, Sanggar Sihoda juga mendapat undangan mengikuti dua festival internasional di antaranya 36th Folk Del Mundo and Jornadas Folcloricas Nazarenas Internacionales di Andalucia dan Dos Hermanas, Spanyol.
Anak pertama dari dua bersaudara pasangan Lasmer Sinaga dan Tioria Damanik ini menyampaikan Sanggar Sihoda didirikan pada tahun 2017. Uniknya saat didirikan, Laura bahkan tidak bisa duduk secara sempurna apalagi menari. Ia hanya bisa berbaring di tempat tidur usai kecelakaan yang menimpanya saat berkendara di tahun 2016.
"Saya kuliah seni tari di Unimed Pak, saat di Medan tepatnya tahun 2014 saya coba buat kelompok tari ngajak kawan-kawan asal Simalungun. Setiap ada event kami menawarkan diri untuk tampil tanpa dibayar kemudian kelompoknya berhenti karena 2016 saya kecelakaan. Saya pulang kampung dan harus pakai kursi roda, 2017 karena cari pekerjaan untuk saya yang disabilitas sangat susah, saya pun memutuskan untuk membuka kembali sanggar tari, "ujar Laura.
Niatan Laura ini pun banyak mengundang pertanyaan, tapi berkat dukungan keluarga Laura merasa yakin bisa mendirikan sanggar tari. "Saya umumkan lewat sosial media dan direspons baik. Awal saya melatih ada 12 anak dan saya melatihnya sambil berbaring di tempat tidur dan harus bolak-balik istirahat karena belum kuat dan anak-anak didik saya pertama tampil di acara Siantarman Arts Festival, "ujar Laura.
Latihan menari ini akhirnya juga membantu Laura dalam proses penyembuhan. Berlahan Ia pun mulai bisa berdiri meski harus dipapah atau menggunakan penopang tongkat. Dengan kondisi fisik seperti itu, Laura semakin semangat membawa anak-anak sanggarnya ke sejumlah festival, termasuk ke festival adat ASEAN di Sumenep. Bahkan Ia juga mengajar tari terhadap 60 siswa SMP di Surabaya.
"Saya berharap bisa mendirikan sekolah tari ke depan, menjadi pusat pelatihan mengembangkan bakat anak-anak di daerah untuk bisa menjadi penari atau pelatih tari profesional serta bisa menghadirkan festival tari internasional ke Sumatera Utara, diadakan di Simalungun tepatnya di Parapat sekaligus untuk mengenalkan Danau Toba, ” harapnya.
Kehadirannya juga meminta dukungan agar perwakilan Sanggar Sihoda bisa berangkat ke festival di Spanyol. "Tahun lalu ke Turki kami melakukan penggalangan dana melalui ngamen. Bahkan kami pernah ngamen sampai 12 jam tanpa berhenti di depan gedung DPRD Pematangsiantar, "katanya.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sumatera Utara Musa Rajekshah mengapresiasi perjuangan Laura. "Saya baru ketemu sama anak-anak muda dari Sanggar Sihoda yang sudah pernah tampil hingga ke Turki. Ini luar biasa, saya tadi mendengarkan perjuangan Laura mendirikan sanggar ini dengan keterbatasannya tapi tetap semangat. Ini patut dijadikan teladan buat anak-anak muda lainnya, "ujar Ijeck.
Ijeck mengaku akan melihat di bagian mana Pemerintah Provinsi Sumut bisa membantu agar Sanggar Sihoda bisa terus tumbuh. “Mudah-mudahan Sanggar Sihoda ini bisa terus tumbuh berkembang, melahirkan anak-anak berprestasi dari Simalungun dalam seni dan budaya. Tetap semangat dan saya yakin Sanggar Sihoda menjadi mendunia nantinya, "tutup Ijeck. ( Karmel)